Masih Adakah Tambahan?
MASIH ADAKAH TAMBAHAN?
Oleh
Ustadz Nur Kholis bin Kurdian
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
يَوْمَ نَقُوْلُ لِجَهَنَّمَ هَلِ امْتَلَـْٔتِ وَتَقُوْلُ هَلْ مِنْ مَّزِيْدٍ
Ingatlah akan hari yang pada hari itu Kami bertanya kepada jahannam, “Apakah kamu sudah penuh?” Dia menjawab, “Masih adakah tambahan?” [Qâf /50:30]
Arti Kata
امْتَلَأْتِ : Kamu sudah penuh.
مَزِيدٍ : Tambahan.
Makna Ayat Secara Umum
Syaikh Abdurrahmân as-Sa’di rahimahullah mengatakan bahwa dalam ayat ini Allâh Azza wa Jalla telah menakut-nakuti para hamba-Nya seraya berfirman, yang artinya, “Ingatlah akan hari yang pada waktu itu Kami mengatakan kepada neraka jahannam, “Apakah kamu sudah penuh?”. Pertanyaan ini dilontarkan, karena sudah banyak yang telah dilemparkan ke dalamnya. Neraka Jahannam pun menjawab, “Masih adakah tambahan?”; ia meminta tambahan penghuni neraka yakni dari para pelaku dosa dan ahli maksiat. Ia marah terhadap mereka dan kepada orang-orang kafir karena Allâh Azza wa Jalla . Dan sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla telah berjanji akan memenuhi neraka tersebut dengan jin dan manusia sebagaimana dalam firman-Nya :
لَاَمْلَـَٔنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْنَ
Sungguh Kami akan memenuhi Neraka Jahannam dengan jin dan manusia. [Hûd/11:119]
Akan tetapi neraka tersebut masih lapar, sehingga Allâh Azza wa Jalla meletakkan telapak kaki-Nya yang mulia -dan bersih dari tasybih (penyerupaan dengan makhluk-Nya)- ke dalam Neraka Jahannam sehingga neraka tersebut mengkerut dan menyempit seraya berkata, “Cukup, cukup, sungguh aku sudah penuh”.[1]
Sifat-Sifat Neraka
Neraka adalah makhluk ciptaan Allâh Azza wa Jalla sebagaimana makhluk-makhluk lainnya, ia juga memiliki beberapa sifat diantaranya adalah:
Pertama, Dapat berbicara.
Pada ayat di atas telah disebutkan salah satu sifat neraka, yaitu dijadikan oleh Allâh Azza wa Jalla dapat berbicara. Hal itu disebutkan pula dalam hadits marfu’ hukman[2]dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu berkata, “Sesungguhnya ada seorang laki-laki yang diseret dan dimasukkan ke nereka, akan tetapi neraka tersebut mengkerut dan menyempit, kemudian Allâh Azza wa Jalla berkata kepadanya, “Kenapa engkau menyempit?” Neraka menjawab, “Sesungguhnya ia ketika di dunia telah berlindung dari siksaku,” maka Allâh Azza wa Jalla menyuruh neraka tersebut untuk melepaskannya seraya berfirman, “Lepaskanlah dia”. Dan sungguh ada seorang laki-laki yang diseret dan dimasukkan neraka, kemudian ia berkata, “Ya Allâh, prasangkaku kepada-Mu tidaklah seperti ini”. Allâh Azza wa Jalla bertanya kepadanya, “Apa prasangkamu kepada-Ku?”, ia menjawab, “Aku menyangka bahwa Engkau akan merahmatiku,” maka Allâh Azza wa Jalla berfirman, “Keluarkanlah dia”. Dan sungguh ada seorang laki-laki yang diseret untuk dimasukkan neraka, maka neraka pun berteriak karenanya seperti teriakan kuda bighal terhadap api yang menyala-nyala. Dan neraka tersebut mengeluarkan suara api yang menyala-nyala yang tidak ada seorangpun yang mendengarnya melainkan ia takut kepadanya. [HR ath-Thabari dan sanadnya dihukumi shahîh oleh Ibn Katsir].[3]
Ayat dan hadits di atas menunjukkan bahwa neraka dijadikan Allâh Azza wa Jalla dapat berbicara sehingga ia dapat berdialog dengan Allâh Azza wa Jalla dan dapat mengaduh kepada-Nya sebagaimana disebutkan dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
اشْتَكَتِ النَّارُ إِلَى رَبِّهَا فَقَالَتْ: رَبِّ أَكَلَ بَعْضِي بَعْضًا، فَأَذِنَ لَهَا بِنَفَسَيْنِ: نَفَسٍ فِي الشِّتَاءِ وَنَفَسٍ فِي الصَّيْفِ، فَأَشَدُّ مَا تَجِدُونَ مِنَ الحَرِّ، وَأَشَدُّ مَا تَجِدُونَ مِنَ الزَّمْهَرِيرِ
Neraka telah mengaduh kepada Rabbnya, ia berkata: “Wahai Rabbku, sebagianku memakan sebagian lainnya (karena sangat panas dan sangat dingin),” maka Allâh Azza wa Jalla mengijinkannya untuk bernafas dua kali, sekali saat musim dingin dan sekali lagi saat musim panas. Maka kalian mendapati sangat dingin pada waktu musim dingin dan merasakan sangat panas pada waktu musim panas”. [HR al-Bukhâri dan Muslim].[4]
Kedua, Memiliki dua mata yang dapat melihat, dan dua telinga yang dapat mendengar.
Neraka dijadikan Allâh Azza wa Jalla memiliki dua mata yang dengannya ia dapat melihat dan dua telinga yang dengannya ia dapat mendengar, sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
تَخْرُجُ عُنُقٌ مِنَ النَّارِ يَوْمَ القِيَامَةِ لَهَا عَيْنَانِ تُبْصِرَانِ وَأُذُنَانِ تَسْمَعَانِ وَلِسَانٌ يَنْطِقُ، يَقُولُ: إِنِّي وُكِّلْتُ بِثَلَاثَةٍ، بِكُلِّ جَبَّارٍ عَنِيدٍ، وَبِكُلِّ مَنْ دَعَا مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ، وَبِالمُصَوِّرِينَ
Sebagian dari neraka keluar pada Hari Kiamat. Dia memiliki dua mata yang dapat melihat dan dua telinga yang dapat mendengar dan satu lisan yang dapat berbicara. Dia mengatakan, “Sesungguhnya diserahkan kepadaku tiga macam orang: (1) Setiap orang yang diktator lagi pembangkang, (2) setiap orang yang menyembah Tuhan lain selain Allâh Ta’ala, (3) para pelukis (makhluk yang bernyawa)”. [HR Tirmidzi dan sanadnya disahîhkan oleh al-Albani].[5]
Allâh Azza wa Jalla juga menjelaskan dalam firman-Nya :
اِذَا رَاَتْهُمْ مِّنْ مَّكَانٍۢ بَعِيْدٍ سَمِعُوْا لَهَا تَغَيُّظًا وَّزَفِيْرًا
Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar kegeramannya dan suara menyala-nyala. [al-Furqân/25:12].
Ayat ini menjelaskan bahwa neraka dijadikan oleh Allâh Azza wa Jalla dapat melihat orang-orang yang akan dimasukkan ke dalamnya.
Ketiga, Memiliki tujuh pintu
Neraka adalah tempat kembalinya orang-orang yang akan mendapat siksa, ia memiliki tujuh pintu, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla :
وَاِنَّ جَهَنَّمَ لَمَوْعِدُهُمْ اَجْمَعِيْنَۙ ٤٣ لَهَا سَبْعَةُ اَبْوَابٍۗ لِكُلِّ بَابٍ مِّنْهُمْ جُزْءٌ مَّقْسُوْمٌ
Dan sesungguhnya jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut setan) semuanya. Jahannam itu mempunyai tujuh pintu, tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan tertentu dari mereka. [al-Hijr/15:43-44].
Jadi Neraka Jahannam itu memiliki tujuh pintu. Seperti apakah letak tujuh pintu tersebut ? Hiththan bin Abdillâh al-Raqasyi rahimahullah yang termasuk kibâr tabi’in (generasi tua dari tabi’in), ia meriwayatkan dari Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu, bahwasanya beliau pernah bertanya kepadanya dan kepada orang-orang yang hadir bersamanya, “Apakah kalian mengetahui bagaimanakah letak pintu-pintu neraka tersebut?” Mereka pun menjawab, “Letaknya seperti pintu-pintu rumah kita,” lalu beliau berkata, “Tidak, letaknya tidak seperti itu, akan tetapi letaknya seperti ini (dengan meletakkan telapak tangannya yang satu di atas yang lainnya), dengan mengatakan, “Sebagiannya di atas sebagian lainnya.”[6]
Ibnu Juraij rahimahullah dalam menafsirkan ayat ini ia mengatakan tentang pintu-pintu tersebut.
- Pertama (yang paling atas), adalah Jahannam.
- Kedua, Ladzah.
- Ketiga, Huthamah.
- Keempat, Sa’ir.
- Kelima, Saqar.
- Keenam, Jahim.
- Ketujuh, Hawiyah.[7]
Dan setiap pintu tersebut mendapatkan bagian jatah dari orang-orang yang akan disiksa di dalamnya.
Adh-Dhahhak rahimahullah berkata, “Dimasukkan ke dalam pintu pertama yang paling atas yaitu orang-orang yang mentauhidkan Allâh Azza wa Jalla yang melakukan maksiat, mereka akan disiksa sesuai dengan kemaksiatannya setelah itu ia dikeluarkan. Pintu kedua dimasukkan ke dalamnya orang-orang Yahudi. Pintu ketiga orang-orang Nashrani. Pintu keempat Shabi’un. Pintu kelima orang-orang Majusi, dan pintu keenam orang-orang munafik.[8]
Pedihnya Siksa Neraka
Di dalam neraka terdapat bermacam bentuk siksa yang sangat menakutkan, sehingga seseorang ingin menebus siksa tersebut dengan sesuatu yang paling berharga di dunia.[9] Sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla :
يُبَصَّرُوْنَهُمْۗ يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِيْ مِنْ عَذَابِ يَوْمِىِٕذٍۢ بِبَنِيْهِۙ ١١وَصَاحِبَتِهٖ وَاَخِيْهِۙ ١٢ وَفَصِيْلَتِهِ الَّتِيْ تُـْٔوِيْهِۙ ١٣وَمَنْ فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًاۙ ثُمَّ يُنْجِيْهِۙ ١٤كَلَّاۗ اِنَّهَا لَظٰىۙ ١٥نَزَّاعَةً لِّلشَّوٰىۚ ١٦ تَدْعُوْا مَنْ اَدْبَرَ وَتَوَلّٰىۙ
Orang kafir ingin kalau sekiranya dia dapat menebus dirinya dari azab hari itu dengan anak-anaknya, dan isterinya dan saudaranya, dan sanak familinya yang melindunginya di dunia, dan orang-orang di atas bumi seluruhnya, kemudian mengharapkan tebusan itu dapat menyelamatkannya. Sekali-kali tidak, sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergejolak, yang mengelupaskan kulit kepala, yang memanggil orang yang membelakang dan yang berpaling dari agama. [al-Ma’ârij/70:11-17].
Pada ayat yang lain Allâh Azza wa Jalla juga berfirman :
اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَمَاتُوْا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْ اَحَدِهِمْ مِّلْءُ الْاَرْضِ ذَهَبًا وَّلَوِ افْتَدٰى بِهٖۗ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ وَّمَا لَهُمْ مِّنْ نّٰصِرِيْنَ
Sesungguhnya orang-orang kafir yang mati tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi, walau pun ia menebus diri dengan emas sebanyak itu, bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong. [Ali Imrân/3:91].
Pada dua ayat di atas disebutkan betapa pedih siksa neraka sehingga orang-orang kafir berusaha untuk melepaskan diri dari siksa tersebut dengan cara menebus diri dengan sesuatu yang paling berharga yang pernah mereka miliki atau dengan cara keluar dari neraka tersebut. Namun usaha mereka sia-sia karena malaikat penjaga neraka mengembalikan mereka ke dalamnya, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla :
كُلَّمَآ اَرَادُوْٓا اَنْ يَّخْرُجُوْا مِنْهَا مِنْ غَمٍّ اُعِيْدُوْا فِيْهَا
Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya.[al-Hajj/22:22].
Pada ayat yang lain Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَلَوْ تَرٰىٓ اِذِ الْمُجْرِمُوْنَ نَاكِسُوْا رُءُوْسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۗ رَبَّنَآ اَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا اِنَّا مُوْقِنُوْنَ
Dan alangkah ngerinya, jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Rabbnya , mereka berkata, “Ya Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia, kami akan mengerjakan amal shalih, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin. [as-Sajdah/32:12]
Mereka menyesal dan ingin keluar dari neraka, meminta agar dikembalikan ke dunia padahal dunia sudah tidak ada lagi. Penyesalan yang dalam itu terjadi setelah mereka melihat, mendengar dan merasakan siksa neraka yang amat pedih. Allâh Azza wa Jalla juga berfirman dalam ayat yang lain :
وَاَمَّا الَّذِيْنَ فَسَقُوْا فَمَأْوٰىهُمُ النَّارُ كُلَّمَآ اَرَادُوْٓا اَنْ يَّخْرُجُوْا مِنْهَآ اُعِيْدُوْا فِيْهَا وَقِيْلَ لَهُمْ ذُوْقُوْا عَذَابَ النَّارِ الَّذِيْ كُنْتُمْ بِهٖ تُكَذِّبُوْنَ
Adapun orang-orang fasik (kafir), maka tempat mereka adalah neraka, setiap kali mereka hendak keluar darinya, mereka dikembalikan lagi ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka, “Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu dustakan”. [as-Sajdah/32:20]
Ulama tafsir mengatakan bahwa dahsyatnya semburan api neraka tersebut mengangkat mereka sehingga hampir mengeluarkan mereka dari neraka, maka malaikat penjaga neraka pun memukul mereka dengan cambuk-cambuk besi sehingga mereka jatuh dan masuk ke dasar neraka.[10] Mereka berteriak di dalam neraka meminta keluar, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla :
وَهُمْ يَصْطَرِخُوْنَ فِيْهَاۚ رَبَّنَآ اَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِيْ كُنَّا نَعْمَلُۗ اَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَّا يَتَذَكَّرُ فِيْهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاۤءَكُمُ النَّذِيْرُۗ فَذُوْقُوْا فَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ نَّصِيْرٍ
Dan mereka berteriak di dalam neraka itu,“Ya Rabb kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal shalih tidak seperti yang telah kami kerjakan,”( Allâh Azza wa Jalla menjawab):“Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan apakah tidak datang kepada kamu seorang pemberi peringatan ? Maka rasakanlah siksa Kami dan tidak ada bagi orang-orang yang zhalim seorang penolongpun”. [Fâthir/35:37].
Allâh Azza wa Jalla menjelaskan pula dalam beberapa ayat sebagian jenis siksa neraka yang diperoleh oleh orang-orang kafir. Diantaranya adalah dikenakan pakaian api kepada mereka dan dituangkan air mendidih yang sangat panas ke atas kepala mereka sehingga kulit dan semua yang ada di dalam perutnya hancur, dan dipukulkan kepada mereka cambuk-cambuk besi. Sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla :
فَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا قُطِّعَتْ لَهُمْ ثِيَابٌ مِّنْ نَّارٍۗ يُصَبُّ مِنْ فَوْقِ رُءُوْسِهِمُ الْحَمِيْمُ ۚ ١٩ يُصْهَرُ بِهٖ مَا فِيْ بُطُوْنِهِمْ وَالْجُلُوْدُ ۗ ٢٠ وَلَهُمْ مَّقَامِعُ مِنْ حَدِيْدٍ
Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka, disiramkan air yang sangat mendidih ke atas kepala mereka. Dengan air itu dihancurluluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit mereka. Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari besi.[al-Hajj/22:19-21].
Pada ayat yang lain Allâh Azza wa Jalla berfirman pula.
لَا تُبْقِيْ وَلَا تَذَرُۚ ٢٨لَوَّاحَةٌ لِّلْبَشَرِۚ
“Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. Ia adalah pembakar kulit manusia. [al-Mudatstsir/74:28-29].
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menjelaskan kadar panasnya api neraka dalam sabdanya:
نَارُكُمْ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِينَ جُزْءًا مِنْ نَارِ جَهَنَّمَ» ، قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ كَانَتْ لَكَافِيَةً قَالَ: «فُضِّلَتْ عَلَيْهِنَّ بِتِسْعَةٍ وَسِتِّينَ جُزْءًا كُلُّهُنَّ مِثْلُ حَرِّهَا»
“Api kalian adalah bagian dari tujuh puluh bagian api Neraka Jahannam”. Dikatakan kepada Rasûlullâh, “Wahai Rasûlullâh, sesungguhnya api dunia sudah cukup untuk menyiksa mereka,” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Panas api neraka itu dilebihkan atas api dunia hingga enam puluh sembilan kali lipat”.[11]
Betapa pedih siksa neraka, dan betapa sengsara orang yang disiksa di dalamnya. Kami berlindung kepada Allâh Azza wa Jalla dari siksa neraka dan dari setiap ucapan atau perbuatan yang mendekatkan kepada neraka, amin!
Amalan Apakah Yang Dapat Membentengi Manusia dari Neraka ?
Orang-orang yang masuk ke dalam neraka adalah orang-orang kafir dan orang-orang yang melakukan perbuatan maksiat. Dan orang yang terselamatkan dari siksa neraka adalah orang-orang yang beriman dan melakukan amal shalih. Disebutkan dalam banyak ayat, diantaranya firman Allâh Azza wa Jalla :
وَبَشِّرِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ
Dan sampaikanlah kabar gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. [al-Baqarah/2:25].
Dalam ayat ini Allâh Azza wa Jalla memberi kabar gembira berupa surga bagi mereka yang beriman dan melakukan amal shalih. Dan pada ayat yang lain Allâh Azza wa Jalla juga berfirman.
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتَوُا الزَّكٰوةَ لَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shalih, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Rabb mereka, tidak ada kekhawatiran bagi mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. [al-Baqarah/2:277].
Dalam ayat ini Allâh Azza wa Jalla menyebutkan bahwa orang yang selamat dari siksa neraka adalah orang-orang yang beriman dan beramal shalih. Diantara amal shalih yang dapat membentengi seseorang dari siksa neraka adalah shalat dan zakat. Mereka tidak perlu khawatir, cemas dan takut; karena sejatinya mereka adalah orang-orang yang akan diselamatkan oleh Allâh Azza wa Jalla dari siksa neraka.
Diantara amal shalih lainnya yang dapat membentengi dari api neraka adalah mencintai Allâh Azza wa Jalla . Seseorang tidak dapat dikatakan mencintai Allâh Azza wa Jalla melainkan jika ia telah mengikuti ajaran Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga Allâh Azza wa Jalla juga akan mencintainya. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Katakanlah, jika kalian mencintai Allâh maka ikutilah aku niscaya Allâh akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu dan Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Ali Imrân/3:31].
Jika seseorang telah dicintai oleh Allâh Azza wa Jalla maka ia akan diselamatkan oleh-Nya dari siksa neraka dan tidak akan dilemparkan ke dalam neraka, sebagaimana sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
وَاللَّهِ لَا يُلْقِي اللَّهُ حَبِيبَهُ فِي النَّارِ
Demi Allâh, Allâh Azza wa Jalla tidak akan melemparkan kekasihnya ke dalam neraka. [HR al-Hakim dan Ahmad, dan dihukumi shahîh oleh al-Albani].[12]
Pada hadits ini disebutkan, orang yang mencintai Allâh Azza wa Jalla dengan cara mengikuti ajaran Rasul-Nya, maka ia akan dicintai Allâh Azza wa Jalla dan diselamatkan dari api neraka. Demikian pula halnya dengan puasa, ia juga termasuk amal shalih. Dengan puasa maka seseorang akan diselamatkan oleh Allâh Azza wa Jalla dari neraka, sebagaimana sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ، وَهُوَ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
Puasa adalah perisai, yang dengannya seorang hamba membentengi dirinya dari siksa neraka, dan puasa itu adalah milik-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. [HR Ahmad dan al-Baihaqi, dan dihukumi hasan oleh al-Albani].[13]
Masih banyak lagi amal shalih lainnya yang dapat membentengi seseorang dari siksa neraka. Penulis tidak menyebutkan semuanya disini karena terbatasnya halaman. Semoga Allâh Azza wa Jalla senantiasa memberikan taufiq serta hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita dapat senantiasa beramal shalih dan kelak diselamatkan oleh Allâh Azza wa Jalla dari siksa neraka. Amin.
Pelajaran Dari Ayat
- Neraka masih lapar dan masih membutuhkan bahan bakar dari bangsa jin dan manusia.
- Neraka dapat berbicara sehingga ia dapat meminta tambahan isi.
- Neraka tidak akan penuh kecuali jika Allâh Azza wa Jalla telah meletakkan telapak kaki-Nya yang mulia ke dalamnya.
- Neraka adalah makhluk ciptaan Allâh Azza wa Jalla , maka kita meminta perlindungan kepada Dzat yang menciptakannya dari siksanya.
- Iman, amal shalih dan rahmat Allâh Azza wa Jalla -lah yang dapat menjadi benteng dari siksa neraka.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 02/Tahun XVII/1434H/2013M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_______
Footnote
[1] Taisîrul Karîmir Rahmân fi Tafsîr Kalâmil Mannân, Abdurrahmân bin Nasir bin Abdullâh as-Sa’di, Muassasah ar-Risalah, Beirut, Cetakan Pertama, tahun 1420 H/ 2000 M, hlm. 806.
[2] Yaitu perkataan atau perbuatan sahabat Radhiyallahu anhum yang dihukumi sebagai hadis marfu’ (yang mereka ambil dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ).
[3] Jâmi’ul Bayân fi Ta’wîl Qur`ân, Muhammad Ibn Jarir ath-Thabari, Muassasah ar-Risalah, Beirut, cetakan tahun 1420 H/ 2000 M, juz. 19, hlm. 244. Lihat al-Bidâyah wan-Nihâyah, Dar Hajar – tanpa nama tempat, cetakan pertama, tahun 1418 H/ 1999 M, juz 19, hlm. 497.
[4] Sahîh al-Bukhâri, Muhammad bin Ismail al-Bukhâri, Dar Thauq an-Najah – tanpa nama tempat, cetakan pertama, tahun 1422 H. juz 4, hlm. 120, hadits no. 3260. Lihat Sahîh Muslim, Muslim bin Hajjaj an-Naisaburi, Dar Ihya’ Turats al-‘Arabi – Bairut, tanpa tahun cetakan, juz 1, hlm. 431, hadits no. 617.
[5] Sunan Tirmidzi, Muhammad bin Isa at-Tirmidzi, Syarikah Maktabah wa Mathba’ah al-Babi al-Halabi – Mesir, cetakan kelima, tahun 1395 H/ 1975 M, juz 4, hlm. 701, hadits no. 2574. Lihat Silsilah Sahîhah, hadits no. 512.
[6] Al-Jâmi’ li Ahkâmil-Qur`ân, Muhammad bin Ahmad al-Qurthubi, Dar al-Kutub al-Mishriyah – Cairo, cetakan kedua, tahun 1384 H/ 1964 M, juz 10, hlm. 30. Lihat Tafsir al-Khazin (Lubab at-Takwil fi ma’ani at-Tanzil, Ali bin Muhammad yang dikenal dengan al-Kahzin, Dar al-Kutub al-Ilmiyah – Beirut, cetakan pertama tahun 1415 H, juz 3, hlm. 57.
[7] At-Tafsîr al-Kabîr, Muhammad bin ‘Umar ar-Razi (Fakhruddin ar-Razi), Dar Ihya’ at-Turats al-‘Arabi – Beirut, cetakan ketiga, tahun 1420 H, juz 19, hlm. 146.
[8] Ibid.
[9] Al-Jannah wa an-Nar, Umar bin Sulaiman al-Asyqar, Dar an-Nafais, Yordan, cetakan ketujuh, tahun 1418 H/ 1998 M, hlm. 93.
[10] Adhwâ-ul Bayân fi Idhâhil Qur`ân bil-Qur`ân, Muhammad al-Amin bin Muhammad al-Mukhtar asy-Syinqithi, Dar al-Fikr- Lebanon, tanpa nomor cetakan, tahun 1415 H/ 1995 M, juz 4, hlm. 292.
[11] Sahîh al-Bukhâri, juz 4, hlm. 121.
[12] Al-Mustadrak, Muhammad bin Abdillâh Abu Abdillah al-Hakim, Dar al-Kutub al-Ilmiyah – Beirut, cetakan pertama, tahun 1411 H/ 1990 M, juz 4, hlm. 195, hadits no. 7347. Lihat Al-Musnad, Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Muassasah ar-Risalah – Beirut, cetakan pertama, tahun 1421 H/ 2001 M, juz. 21, hlm. 128-129, hadits no. 13467. Lihat Silsilah ash-Shahîhah, Muhammad Nashiruddin al-Albani, Maktabah al-Ma’arif, cetakan pertama, tanpa tahun, juz. 5, hlm. 531, hadits no. 2407.
[13] Al-Musnad, juz. 23, hlm. 33, hadits no. 14669. Lihat Syu’ab al-Iman, Ahmad bin al-Husain al-Baihaqi, Maktabah ar-Rusyd-Riyadh, cetakan pertama, tahun 1423 H/ 2003 M, juz. 5, hlm. 193, hadits no. 3292. Lihat Sahîh al-Jami’ ash-Shaghir, Muhammad Nashiruddin al-Albani, al-Maktab al-Islami-Beirut, tanpa nomor dan tahun cetakan, juz 2, hlm. 794, hadits no. 4308.
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/72505-masih-adakah-tambahan.html